Inforohil.com, Bagan Batu – Tradisi coret -coret baju seragam sekolah sudah menjadi kebiasaan pelajar setiap tamat sekolah, bahkan tidak sedikit yang langsung mencoret seragam usai laksanakan Ujian Nasional (UN).
Namun kebiasaan yang dianggap merugikan serta tidak bermanfaat tersebut tidak berlaku bagi siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Al Usmaniyah Bagan Batu.
Untuk itu siswa-siswi MA Al Usmaniyah Bagan Batu menggelar deklarasi Gerakan Anti Coret (GAC) seragam sekolah serta mengajak siswa – siswi lain dan dukungan mayarakat untuk menghindari tradisi tersebut.
Pantauan di lapangan, Senin (8/4) petang kemarin, di Bukit Cinta jalan Sisingamaraja, Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah. Kegiatan tersebut di ikuti sekitar 60 orang siswa – siswi dan beberapa siswa dari sekolah lain yang secara personal mendukung kegiatan tersebut.
Salah satu siswa, Abdul Rahim perwakilan dari siswa yang ikut serta melakukan deklarasi itu, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut untuk menghilangkan stigma bahwa tamat sekolah tidak harus coret – coret baju seragam sekolah.
Diungkapkannya, bahwa kelulusan sekolah merupakan suatu kebahagian bagi mereka, yang mana selama 3 tahun bergulat dengan hiruk pikuk di sekolahan telah dilalui besama, sehingga ingin meluapkan kebagiaan tersebut, namun tidak dengan tradisi coret – coretan.
“Bahagia tidak harus meluapkannya dengan kekesalan. Insyaallah baju kami nantinya akan kami sedekahkan kepada siswa – siswa yang kurang mampu, sehingga akhir dari sekolah ini bisa dijalani dengan saling berbagi,” ungkapnya.
Dijelaskannya, Tradisi coret – coret tersebut tentunya merugikan diri sendiri, sebab menurutnya, seragam tersebut masih bisa di pergunakan oleh siswa – siswa di bawah lettingannya.
“Sayang kalo dicoret, bagusan dikasihkan ke adek – adek yang kurang mampukan pak. Kita berharap agar banyak siswa bisa lebih cerdas memahami arti dari kelulusan, mengalihkan kegiatan menjadi lebih bermanfaat,” tutur Abdur Rahim.
Sapta Ade Wirana salah satu Guru bidang Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) MA Al Usmaniyah juga menyampaikan bahwa tradisi coret – coret seragam sekolah seyogyannya sudah aja sejak dulu, bahkan menurut orang – orang tua, di tahun 80 an sudah ada tradisi coret – coret seragam tersebut.
Terkait tradisi itu, dirinya mengakui bahwa terus mencari tahu latar belakang tradisi ini hingga sampai sekarang. Diungkapkannya, bahwa secara psikologis terdapat beban secara mental yang dialami para siswa serta tekanan selama bertahun-tahun terhadap beberapa kegiatan di sekolah, baik terhadap ujian nasional yang berlangsung, serta beberapa peraturan-peraturan dari sekolah yang kontradiktif dengan gaya jiwa muda.
“Sehingga banyak sekali para siswa melampiaskannya dengn mencoret – coret seragam sekolah mereka,” ujarnya.
Untuk itu, Selaku guru PKN, lanjutnya, dirinya mencoba mengkorelasikan antara pendidikan kewarganegaraan dengan mengalihkan tradisi coret – coret seragam menjadi lebih bermanfaat.
“Atas latar belakang itu lah muncul gerakan yang mereka namakan Gerakan Anti Coret (GAC),” tuturnya.
Kedepannya, harapan Ade, siswa MA Al Usmaniyah dapat menjadi contoh bahwa coret – coret tidak harus di seragam, namun digerakkan dalam kain putih panjang dengan bentuk deklarasi.
“Di kain panjang tersebut siswa bisa mencurahkan isi hatinya, kesan – kesan semasa di sekolah serta memberikan tanda tangan sebagai bentuk partisipasi untuk tidak mencoret pakaian seragam sekolah. karena seragam ini juga akan sangat bermanfaat jika disedekahkan kepada siswa yang kurang mampu,” tandasnya. (iloeng)
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar dan Share Artikel Ini. Tks