Inforohil.com, Duri – Hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni menjadi momentum untuk merefleksikan Kembali pentingnya menjaga likungan hidup dan ekosistem yang berkelanjutan. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) secara konsisten mengambil peran menjaga lingkungan hidup di Provinsi Riau.
Melalui sejumlah Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan hulu migas terkemuka di Indonesia ini terus berupaya memperhatikan aspek lingkungan di tengah operasi menjaga ketahanan energi nasional.
Selaras dengan tema hari lingkungan hidup 2023 ‘Perangi Sampah Plastik dan Pemanasan Global, PHR berkomitmen melalui program TJSL mendorong konservasi keanekaramgaman hayati serta peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan.
“Selain berpusat pada pengembangan masyarakat secara sosial, PHR juga mendorong kepedulian atas pengembangan masyarakat di bidang lingkugan yang berfokus pada upaya perlindungan lingkungan,” kata Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto, Selasa (6/6).
Adapun upaya peningkatan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan lingkungan di antaranya program bank sampah. Program yang menjadi salah satu unggulan PHR ini bahkan telah direplikasi di 40 lokasi di berbagai kabupaten / kota di Riau.
Selain itu, bank sampah ini juga menjadi bagian dari kesuksesan program Adiwiyata sekolah hingga penghijauan lingkungan melalui pemberian ilmu dan praktik kepada instansi pemerintahan. Sejak diluncurkan bersama mitra pelaksana LPPM Unilak tiga tahun lalu, program bank sampah terus berkembang menjadi 100 kelompok bank sampah inti maupun unit.
Bank sampah binaan PHR telah menghasilkan sejumlah produk turunan mulai organik hingga anorganik seperti Eco Enzym (EE), Azolla, pupuk lindi, budi daya maggot serta berbagai produk kerajinan dari hasil daur ulang sampah dan ecobrick. Perkembagan bank sampah cukup pesat dengan tersebar di beberapa lokasi yakni di Rumbai, Minas, Duri, Siak, Bengkalis, Unilak dan sejumlah daerah lainnya.
“Kehadiran bank sampah tersebut mampu membawa manfaat berupa penghasilan bagi kelompok dan masyarakat sekitar,” kata Rudi.
Lewat program konservasi, PHR turut mendorong pelestarian satwa endemik Gajah Sumatra. Upaya konservasi Gajah Sumatra diperkuat dengan Program Forestry yang melibatkan masyarakat di sekitar area jelajah (home range) gajah liar.
Bersama mitra pelaksana Rimba Satwa Foundtion (RSF) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, PHR mendorong pemulihan habitat gajah dengan menanam tanaman pakan di area perlintasan gajah serta menanam tanaman yang rendah gangguan atau tidak disukai gajah namun bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.
Total luas area tanam pohon hingga saat ini mencapai 224 hektar tersebar di empat desa dan dua kecamatan di Bengkalis. “Pengayaan tanaman pakan di area perlintasan gajah diharapkan dapat mencegah satwa mendekati perkebunan atau permukiman warga,” ujar Rudi.
PHR juga pemasangan GPS Collar untuk gajah liar pada habitat Minas dan Duri. Sejauh ini, pemasangan GPS Collar berjalan cukup efektif mengurangi interaksi negatif satwa gajah dengan masyarakat sekitar. “Hal ini sangat bermanfaat untuk mengatasi konflik antara gajah dan manusia, termasuk monitoring dan patroli satwa,” katanya.
Berkolaborasi dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), PHR menghadirkan rumah belajar inovatif di Kepenghuluan Sintong Pusaka, Kecamaran Tanah Putih, Rokan Hilir sebagai pusat konservasi gambut dan kepedulian energi. Pelaksanaan program ini tidak hanya menyasar pada pemenuhan aspek pelestarian lingkungan, namun juga upaya meningkatkan ekonomi masyarakat ramah lingkungan.
Sebelumnya, PHR telah meluncurkan website desa terintegrasi dan promosi produk unggulan desa dalam rangka peningkatan nilai tambah dan manfaat dari program konservasi lahan gambut yang telah berjalan.
“Selain dilatih menerapkan metode pertanian tanpa bakar, masyarkat juga diajarkan untuk memasarkan produk unggulan desa melalui penggunaan teknologi informasi,” jelas Rudi. (Rilis)