Inforohil.com, Kubu – Deraan kabut asap yang tebal, menganggu jarak pandang tak menyurutkan langkah tim dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Rokan Hilir mengadakan sosialisasi Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), kali ini diadakan di kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam, Selasa (6/10).
Dipilihnya dua kecamatan itu tak terlepas dari fakta keduanya merupakan kecamatan yang cukup sering dengan terjadinya karhutla. Namun kegiatan sosialisasi sejauh ini telah memberikan dampak yang baik.
“Paling tidak ada pemberian informasi tentang karhutla, yang membuat masyarakat sadar menyangkut lingkungan,” kata kabid Pengendalian Bapedalda Rohil, Suta Wirapraja.
Gejala tumbuhnya kesadaran untuk tidak membuka lahan dengan pendekatan membakar, dianggap telah membaik. Sebagai perbandingan, kata Wira, jumlah kasus kebakaran lahan pada tahun ini jauh lebih sedikit dibandingkan 2014 lalu.
“Benar, sangat menurun lah dibandingkan tahun lalu, bahkan nihil. Tapi kabut asap pula yang masih bertahan, sepertinya kiriman dari Kalimantan atau kebakaran lahan yang masih terjadi di Sumatera,” kata Wira.
Sosialisasi dipusatkan di kantor PPK kecamatan Kubu, di kelurahan Teluk Merbau. Hadir dalam acara sekcam Kubu R Arfan, kapolsek Kubu AKP Jailani, narasumber dari Gerakan Desa Membangun (GDM) Hisam Setiawan dan ratusan peserta dari unsur kepenghuluan, kelurahan, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuda dan pelajar dari kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam.
Narasumber GDM Hisam Setiawan mengatakan banyak kasus karhutla justeru terjadi karena keinginan instan untuk membuka lahan disisi lain batas wilayah yang ada tidak terpetakan dengan baik. Untuk itu dia menekan penting kiranya setiap desa memiliki peta tersendiri tentang tapal batas antar desa.
“Banyak manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya kejelasan soal batas desa, jika terjadi konflik tidak bisa saling klaim tentang lahan karena keberadaannya jelas,” kata Hisam.
Disadari sejauh ini persoalan batas antar desa masih belum terlaksana dengan baik, akibatnya jika terjadi kasus karhutla misalnya maka antar desa menolak untuk melakukan upaya pemadaman.
Padahal, kata Hisam, jika batas desa jelas maka pihak terkait dapat langsung turun ke lapangan melakukan upaya pemadaman bersama dengan aparatur desa, kepolisian, Masyarakat Peduli Api (MPA) maupun pihak lainnya.
Gejala tumbuhnya kesadaran untuk tidak membuka lahan dengan pendekatan membakar, dianggap telah membaik. Sebagai perbandingan, kata Wira, jumlah kasus kebakaran lahan pada tahun ini jauh lebih sedikit dibandingkan 2014 lalu.
“Benar, sangat menurun lah dibandingkan tahun lalu, bahkan nihil. Tapi kabut asap pula yang masih bertahan, sepertinya kiriman dari Kalimantan atau kebakaran lahan yang masih terjadi di Sumatera,” kata Wira.
Sosialisasi dipusatkan di kantor PPK kecamatan Kubu, di kelurahan Teluk Merbau. Hadir dalam acara sekcam Kubu R Arfan, kapolsek Kubu AKP Jailani, narasumber dari Gerakan Desa Membangun (GDM) Hisam Setiawan dan ratusan peserta dari unsur kepenghuluan, kelurahan, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuda dan pelajar dari kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam.
Narasumber GDM Hisam Setiawan mengatakan banyak kasus karhutla justeru terjadi karena keinginan instan untuk membuka lahan disisi lain batas wilayah yang ada tidak terpetakan dengan baik. Untuk itu dia menekan penting kiranya setiap desa memiliki peta tersendiri tentang tapal batas antar desa.
“Banyak manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya kejelasan soal batas desa, jika terjadi konflik tidak bisa saling klaim tentang lahan karena keberadaannya jelas,” kata Hisam.
Disadari sejauh ini persoalan batas antar desa masih belum terlaksana dengan baik, akibatnya jika terjadi kasus karhutla misalnya maka antar desa menolak untuk melakukan upaya pemadaman.
Padahal, kata Hisam, jika batas desa jelas maka pihak terkait dapat langsung turun ke lapangan melakukan upaya pemadaman bersama dengan aparatur desa, kepolisian, Masyarakat Peduli Api (MPA) maupun pihak lainnya.
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar dan Share Artikel Ini. Tks